Job, Career, and Passion (part 1)


Buku karangan Rene Suhardono berjudul Your Job is not Your Career, sedang ngetop saat ini. Buku seharga Rp.70.000,00 ini belum saya baca, tetapi resensi yang tersebar di mbah google lebih dari cukup untuk mengetahui isinya. Intisari buku ini adalah pekerjaan anda bukanlah karir anda, selama anda tidak mempunyai gairah (passion) terhadap pekerjaan tersebut. Karir adalah efek dari gairah bekerja, dan gairah tersebut dapat ditimbulkan oleh minat. Jadi carilah pekerjaan yang sesuai dengan minat anda.

Sesederhana itukah? Bila ya, tidak banyak buku self motivation akan diterbitkan. Para karyawan kelas menengah,yang berangkat pagi pulang sore dari stasiun pinggir kota menuju tempat kerjanya di tengah kota, tidak akan membeli buku-buku tersebut sekedar untuk menghadapi satu hari kerja yang membosankan. Ditambah sempitnya lapangan pekerjaan, dan kurangnya modal untuk membuka usaha sendiri, jelas mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minat tidak sesederhana yang dibayangkan.

Mari kita bicara tentang pekerjaan. Kerja adalah melakukan sesuatu dengan beban tanggung jawab yang memberikan imbal hasil. Hasil nyata adalah uang untuk pemenuhan kebutuhan hidup, hasil tak nampak berupa kepuasan batin dan status.

Kerja menjadi sesuatu yang penting karena menghabiskan minimum 1/3 kehidupan kita. Bila ingin dihitung dengan waktu mempersiapkannya, seperti sekolah formal dan mencari pengetahuan sampai dengan liang lahat (sesuai ajaran agama), waktu bekerja menjadi seumur hidup. Masukkanlah pekerjaan dalam suatu kotak dengan empat dinding pembatas. Maka faktor pemicu kerja yang dinafikan sebagai empat dinding tersebut adalah perut, ibadah, kepuasan batin, dan pemenuhan kebutuhan hidup lainnya.

Tujuan paling dasar bekerja adalah mendapatkan uang untuk pemenuhan kebutuhan hidup: pangan, sandang, dan papan. Pada tahapan selanjutnya, mulai dikembangkan kepuasan batin baik sebagai hasil bekerja, atau pada saat proses bekerja.

Tahapan dasar berlandaskan ‘kebutuhan’ (needs), tahapan selanjutnya adalah ‘keinginan’ (wants). Seseorang yang mendambakan kesenangan dalam bekerja, akan berusaha mencari pekerjaan sesuai keinginannya. Atau paling tidak berusaha membangkitkan minat pada pekerjaannya.

Pada saat kalangan menengah ribut dengan pekerjaan sesuai minat, kalangan ‘bawah’ lebih sesuai dengan realita. Menghadapi pekerjaan di depannya dengan logika. Terdesak dengan kebutuhan hidup, mereka sudah tidak mau tahu apakah pekerjaannya sesuai minat atau tidak. Yang penting bisa makan hari ini.

Contohnya tukang sampah. Mereka rela berkotor-kotor, asal dapat uang hari ini. Atau TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri. Gaji relatif tinggi tetapi mereka harus rela berpisah bertahun-tahun dengan keluarganya. Andai mereka boleh memilih pekerjaan sesuai minat, saya yakin mereka tidak akan melakukan itu. Tetapi buat mereka ada yang lebih penting daripada hanya sekedar minat, yaitu perut !

Kenyataan ini ironis memang, tapi itulah hidup. Ada bagian yang harus berbeda dengan bagian yang lain, agar saling melengkapi. Saya sendiri berprinsip, apa pun pekerjaan yang dijalani sekarang harus diterima dengan rasa syukur dan dilakukan dengan bersungguh-sungguh.

Mengenai pekerjaan yang sesuai dengan minat, saya yakin ada di luar sana dan memang harus dicari. Tetapi perlu dicatat, jangan sampai semua konsentrasi kita dikerahkan dalam pencarian tersebut. Konsentrasi kita dibutuhkan untuk pekerjaan sekarang, dihadapan kita. Lebih mudah untuk membangkitkan minat terhadap apa yang sudah ada, dibandingkan dengan mencari di punai di luar sana.

Make our life as simple as possible 😉

About avieni

A Simple Lady with a simple attitude
This entry was posted in My World and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment